Bagaimana Paris Mendapat Julukannya, 'Kota Cahaya'

Paris tidak asing dengan julukan, 'Lutèce', 'Paname', 'Pantruche' dan bahkan 'Kota Cahaya'. Tetapi pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa? Alasan di balik julukan gemerlap ini jauh lebih berbeda dari yang Anda duga.

Ada banyak kesalahpahaman tentang nama panggilan 'Kota Cahaya'

Sebelum bergerak maju, mari kita atasi kesalahpahaman tentang julukan tersebut. Kebanyakan orang beranggapan bahwa Paris disebut 'Kota Cahaya' karena jalanan dan jembatannya yang mempesona, dan mudah untuk mengetahui alasannya.

Saat ini, ada lebih dari 296 situs yang menyala di Paris, jika Anda menghitung semuanya dari hotel dan gereja, patung dan air mancur, bangunan nasional dan monumen, dan dari 37 jembatan utama di Paris, 33 di antaranya yang mengagumkan diterangi dengan kejayaan penuh setiap matahari terbenam .

Kota ini diterangi dengan baik selama musim perayaan, ketika lebih dari 2, 4 km lampu membentang dari Place de la Concorde hingga Arc de Triomphe. Itu membuat lebih cerah dengan 450 pohon hias di sepanjang jalan dan di trotoar.

Namun, itu adalah landmark paling terkenal di Paris, Menara Eiffel yang berkilauan, yang terutama disalahartikan karena salah tafsir. Monumen itu bersinar seperti suar setiap malam dengan 40 km karangan bunga menyala yang terdiri dari 20.000 bola lampu.

Bagaimana Paris benar-benar disebut 'Kota Cahaya'

Alasan sebenarnya untuk nama kota ini sebenarnya berasal dari pertengahan abad ke-17, ketika Louis XIV, atau dikenal sebagai Louis Agung (Louis le Grand) atau Raja Matahari (Roi Soleil), berada di atas takhta. Setelah periode perang dan perselisihan sipil domestik yang berkepanjangan, raja berkomitmen untuk mengembalikan kepercayaan publik pada hukum dan ketertiban.

Pada 15 Maret 1667, Louis XIV menjadikan Gabriel Nicolas de la Reynie sebagai Letnan Jenderal Polisi, mempercayakan kepadanya tugas membuat Paris lebih aman. Selain melipatgandakan jumlah polisi di kota, salah satu langkahnya adalah memasang lebih banyak penerangan. Lentera ditempatkan di hampir setiap jalan utama dan penduduk diminta untuk menyalakan jendela mereka dengan lilin dan lampu minyak. Idenya adalah untuk mencegah pelanggar hukum menghindari polisi atau bersembunyi di lorong-lorong gelap, sehingga mengurangi tingkat kejahatan. Dari sini, kota ini mendapat julukan La Ville-Lumière ('Kota Cahaya').

Pada saat itu, Paris adalah salah satu kota Eropa pertama yang mengadopsi penerangan jalan, tetapi julukan itu benar-benar mendapatkan daya tarik paling besar selama Zaman Pencerahan yang diikuti.

Sementara beberapa sejarawan mengabadikan Zaman Pencerahan antara 1715 (tahun Louis XIV meninggal) dan 1789 (awal Revolusi Prancis), yang lain mengatakan gerakan itu sudah ada di Paris dari 1620-an dengan dimulainya revolusi ilmiah.

Dari akhir abad ke-18 hingga abad ke-19, kota Paris semakin dikenal sebagai pusat pendidikan dan gagasan di seluruh Eropa, menginspirasi penyair, filsuf, insinyur, dan ilmuwan yang berlimpah. Selain peningkatan bertahap dalam watt, konteks inovasi dan pencerahan inilah yang membantu memperkuat makna simbolis Paris sebagai 'Kota Cahaya'.

 

Tinggalkan Komentar Anda